Scroll untuk baca artikel
Example 728x250
Berita

 Gerakan Mahasiswa dan Peran Politik Generasi Muda dalam Sejarah Indonesia

75
×

 Gerakan Mahasiswa dan Peran Politik Generasi Muda dalam Sejarah Indonesia

Sebarkan artikel ini

HotnetNews.co.id||Jambi Gerakan mahasiswa dan peran politik generasi muda di Indonesia selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Dari masa penjajahan hingga era reformasi, gerakan mahasiswa menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan serta motor perubahan sosial dan politik.(Muzakar, 2019) Dalam berbagai periode sejarah, pemuda memiliki peran sentral sebagai penggerak perubahan. Dengan idealisme dan semangat yang tinggi, mereka tidak jarang menjadi ujung tombak dalam memperjuangkan demokrasi, keadilan, dan hak-hak rakyat.

Gerakan Mahasiswa dalam Sejarah Indonesia Peran politik generasi muda Indonesia dapat ditelusuri kembali ke masa kolonial. Pada awal abad ke-20, muncul organisasi pemuda seperti Budi Utomo (1908), yang menjadi titik awal kesadaran nasional dan kebangkitan pergerakan politik.(Husin, 2016) Pada periode ini, pemuda mulai menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajahan. Kongres Pemuda II pada tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda adalah bukti nyata bagaimana generasi muda mampu mengartikulasikan gagasan tentang persatuan Indonesia.(Santoso et al., 2023)

Selanjutnya, pada era 1945, mahasiswa dan pemuda juga berperan penting dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peristiwa Rengas dengklok, di mana para pemuda seperti Soekarni, Chaerul Saleh, dan lainnya mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, adalah bukti konkret peran strategis mereka. Tindakan ini menunjukkan bahwa pemuda Indonesia tidak hanya menunggu perubahan tetapi juga aktif mendorong terjadinya perubahan tersebut.

Gerakan Mahasiswa di Era Orde Lama dan Orde Baru Setelah kemerdekaan, gerakan mahasiswa kembali mendapatkan momentumnya pada era Orde Lama, khususnya menjelang kejatuhan Presiden Soekarno. Pada masa ini, mahasiswa mulai menyuarakan kritik terhadap berbagai kebijakan yang dianggap tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Salah satu contohnya adalah Gerakan 30 September (G30S) yang memicu peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru.(Mardianti, 2022) Generasi muda, melalui kelompok-kelompok mahasiswa, turut menyuarakan aspirasi masyarakat yang menuntut stabilitas politik dan ekonomi yang lebih baik.

Peran mahasiswa semakin signifikan pada era Orde Baru. Pada masa ini, kebijakan pemerintah yang otoriter dan represif di bawah pimpinan Presiden Soeharto kerap memicu protes dari kalangan mahasiswa. Mahasiswa menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Demonstrasi besar-besaran pada tahun 1974, yang dikenal dengan Malari (Malapetaka Lima Belas Januari), menunjukkan bagaimana gerakan mahasiswa berani melawan kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.(Jazimah, 2013) Meski banyak yang ditangkap dan ditekan, mereka terus menyuarakan keadilan.

BACA ARTIKEL  Gebyar Bazar Adhyaksa 2024 - Mendukung Peningkatan Daya Beli dan Kepedulian Sosial

Namun, puncak peran mahasiswa dalam politik terjadi pada tahun 1998. Reformasi yang dipicu oleh krisis ekonomi dan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Soeharto akhirnya memaksa rezim Orde Baru runtuh. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai kota, terutama di Jakarta, memaksa Soeharto untuk mundur dari jabatannya.(Ratnawati, 2010) Dalam peristiwa ini, mahasiswa tidak hanya menyuarakan aspirasi rakyat, tetapi juga menawarkan agenda reformasi seperti pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta penegakan supremasi hukum.

Generasi Muda dan Tantangan di Era Demokrasi Setelah era Reformasi, peran mahasiswa dalam politik mengalami perubahan yang signifikan. Di era demokrasi, ruang kebebasan berpendapat dan berdemokrasi lebih terbuka lebar. Namun, tantangan baru juga muncul. Jika pada masa lalu mahasiswa berjuang melawan pemerintahan yang otoriter, kini mereka dihadapkan pada persoalan-persoalan yang lebih kompleks seperti korupsi, ketimpangan sosial, dan radikalisme.(NURDIN, 2017)

Generasi muda hari ini berada di persimpangan jalan antara mempertahankan idealisme dan menghadapi pragmatisme politik. Banyak yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, LSM, bahkan terjun ke dunia politik praktis.(Mahatma, 2019) Meski demikian, tidak sedikit yang merasa bahwa gerakan mahasiswa saat ini telah kehilangan arah dan visi. Beberapa pengamat berpendapat bahwa gerakan mahasiswa di era modern cenderung terfragmentasi dan tidak lagi memiliki tujuan besar seperti pada masa lalu.

Namun, di balik kritik tersebut, masih ada banyak contoh positif dari peran generasi muda dalam politik. Gerakan mahasiswa dalam mengkritisi Undang-Undang Cipta Kerja pada tahun 2020 menunjukkan bahwa mahasiswa masih memiliki semangat perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Aksi-aksi protes yang dilakukan mahasiswa di berbagai kota menandakan bahwa api perjuangan belum padam, meski bentuknya berbeda dengan masa lalu.(Okorie, 2019)

BACA ARTIKEL  Keluarga Besar Abah Wantani Deklarasikan Dukung Nurhasan S.H Caleg DPRD Kab. Bekasi Dapil 7 No 2

Pendapat Saya tentang Peran Generasi Muda di Era Digital Menurut pandangan saya, generasi muda Indonesia di era digital memiliki potensi yang sangat besar untuk menggerakkan perubahan sosial dan politik. Dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial, mereka dapat menyebarkan informasi secara cepat dan luas. Media sosial telah menjadi alat utama bagi generasi muda untuk menyuarakan pandangan politik mereka. Kampanye-kampanye daring seperti Reformasi Dikorupsi dan gerakan GejayanMemanggil adalah contoh bagaimana generasi muda dapat memanfaatkan teknologi untuk mengorganisir aksi-aksi kolektif.

Namun, di sisi lain, penggunaan media sosial juga membawa tantangan tersendiri. Informasi yang cepat tersebar seringkali belum terverifikasi kebenarannya, sehingga memicu disinformasi dan polarisasi di kalangan masyarakat. Selain itu, ada kecenderungan generasi muda lebih fokus pada aksi-aksi virtual ketimbang terjun langsung di lapangan. Padahal, aksi nyata masih sangat dibutuhkan untuk memberikan tekanan kepada pemerintah dan memperjuangkan hak-hak rakyat.

Bagi saya, generasi muda harus mampu memadukan kekuatan digital dengan aksi nyata di lapangan. Kolaborasi antara aksi daring dan luring (offline) dapat menjadi strategi yang efektif untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.(Raharja, 2020) Selain itu, generasi muda perlu memperdalam pemahaman mereka tentang isu-isu politik dan sosial agar tidak hanya menjadi pengikut tren, tetapi benar-benar paham apa yang mereka perjuangkan. Idealisme memang penting, tetapi harus diimbangi dengan wawasan dan strategi yang matang.

Peran Pendidikan dan Idealisme Mahasiswa Dalam sejarah Indonesia, idealisme mahasiswa selalu menjadi kekuatan yang menggerakkan perubahan. Namun, idealisme ini tidak muncul begitu saja. Pendidikan, baik formal maupun informal, memainkan peran penting dalam membentuk kesadaran kritis generasi muda. Di kampus-kampus, diskusi dan seminar menjadi ruang bagi mahasiswa untuk memahami situasi politik dan sosial yang terjadi.(Jannah & Sulianti, 2021) Dari sana, mereka belajar untuk berpikir kritis dan berani menyuarakan pandangan.

Namun, di era sekarang, saya melihat adanya tantangan baru dalam dunia pendidikan tinggi. Perguruan tinggi, yang seharusnya menjadi ruang bebas bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran kritis, sering kali menjadi tempat yang dibatasi oleh berbagai aturan.(Jannah & Sulianti, 2021) Kebebasan akademik yang terbatas ini dapat menghambat perkembangan pemikiran kritis generasi muda. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengembalikan kampus sebagai ruang intelektual yang bebas, di mana mahasiswa dapat berdiskusi dan berpikir tanpa takut ditekan.

BACA ARTIKEL  Sumbang 3 Medali Emas dan 1 Medali Perunggu di Forprov 1 KORMI Jambi, Cak Rifin: Mengapresiasi Inorga Perkumpulan Pelangi TEBO

Harapan dan Tantangan ke Depan, saya berharap generasi muda Indonesia tetap memiliki keberanian untuk menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Meski tantangan yang dihadapi berbeda dengan masa lalu, semangat juang yang sama harus tetap hidup dalam diri setiap generasi. Generasi muda harus sadar bahwa mereka memiliki peran strategis dalam menentukan arah masa depan bangsa.

Namun, generasi muda juga perlu menyadari bahwa perjuangan tidak selalu harus dilakukan dengan cara-cara konfrontatif. Diplomasi, dialog, dan kerjasama dengan berbagai pihak juga penting dalam memperjuangkan perubahan. Selain itu, saya melihat pentingnya kolaborasi antar-generasi. Mahasiswa dan generasi muda dapat belajar dari pengalaman para aktivis senior untuk memahami dinamika politik dengan lebih baik. Sinergi ini dapat menjadi kekuatan besar dalam menghadapi tantangan-tantangan baru.

Penutup Gerakan mahasiswa dan peran politik generasi muda dalam sejarah Indonesia adalah refleksi dari semangat perubahan dan idealisme yang tak pernah padam. Dari masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru, hingga era reformasi dan demokrasi, generasi muda selalu hadir di garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Meskipun era telah berubah, tantangan-tantangan baru yang dihadapi oleh generasi muda saat ini tetap memerlukan keberanian, idealisme, dan pemahaman yang mendalam tentang realitas politik dan sosial.

Saya percaya bahwa generasi muda Indonesia masih memiliki potensi besar untuk membawa perubahan yang lebih baik. Namun, potensi ini harus disertai dengan kesadaran bahwa perjuangan tidak mudah dan memerlukan pengorbanan. Sebagaimana sejarah telah mencatat peran mereka, generasi muda harus siap menjadi bagian dari sejarah masa depan yang lebih cerah dan adil bagi bangsa ini.

Copyright © 2023 | PT. Media Berita Net Online | All Rights Reserved.